Selasa, 11 Oktober 2011

ANALISIS CERPEN "Menawar Kematian"


1.     Judul
      “ Menawar Kematian”,
      karya Dianing Widya Yudhistira.

2.     Hal-hal yang di analisis

1.      Tema
Tema cerpen ini adalah tentang kematian, karena tokoh utama di cerpen ini sedang dihadapkan dengan hukuman mati. Dalam cerpen ini pengarang menyisipkan tema lewat pernyataan Zakia yang berbunyi, “ Sebab kematian  adalah kekasih yang paling setia, kalau saja kematian itu dapat ku tawar dan kematian karena Tuhan adalah lebih indah.”

2.      Amanat
Pengarang di dalam cerpen ini ingin menyampaikan kepada kita bahwa kematian bukanlah hal yang  menakutkan, melainkan hal yang indah. dalam kematian kita boleh bertemu dengan Sang Pencipta, dan itu yang dimaksudkan oleh pengarang dalam cerpen ini.

3.      Tokoh
a.       Tokoh utama bernama Zakia.
Karakter Zakia adalah :
-          Tabah, karena dia memandang segala sesuatu dari sisi ketuhanan.
-          Religius, kritis, idealis, tegas dan itu tercermin dari ucapan-ucapannya.
-          Pemberontak.
-          Zakia adalah tokoh yang sangat optimis, karena dalam cerpen itu dia berusaha meyakinkan kepada siapa saja bahwa ia bukanlah seorang pembunuh.
-          Ia keras terhadap dirinya sendiri.
-          Dari pikiran-pikirannya tercermin bahwa ia adalah gadis yang pintar.
-          Ia gadis yang cantik. Dalam cerpen itu tertulis bahwa meskipun tidak mandi dan tinggal di dalam kamar sel yang sempit dan kotor, tubuh Zakia tetap putih dan bersih.
b.      Tokoh pembantu adalah Almarhum Saskia (kembaran Zakia) dan malaikat pencabut nyawa. Tokoh pembantu dalam cerpen ini berfungsi sebagai penemu jalan keluar atau solusi dari persoalan yang dialami oleh Zakia.
Dalam cerpen ini tokoh pembantu sering muncul dengan cara yang hampir sama, yaitu ketika Zakia sedang bergulat dengan dirinya sendiri. Tokoh pembantu ini berfungsi sebagai jalan keluar.
Karakter tokoh pembantu adalah :
-     Motivator. Tokoh pembantu disini sering meyakinkan dan menguatkan Zakia.
-     Pasrah ( Alm. Saskia), tercermin dari jawaban-jawabannya atas pertanyaan     Zakia.

4.      Plot/alur( jenis alur).
Tokoh protagonis adalah Zakia, sedangkan tokoh antagonisnya adalah dirinya sendiri (Zakia) dan lingkungan didalam penjara serta orang-orang didalamnya.
a.       Pengenalan
Pengarang mengenalkan tokoh utama yaitu Zakia. Pengarang juga mengenalkan situasi serta karakter Zakia sejak pertama di tangkap dan apa saja yang diperbuat olehnya di dalam penjara.
b.      Timbulnya konflik.
Konflik dalam cerpen ini timbul ketika Zakia divonis sebagai pembunuh kembarannya sendiri. Di situ diceritakan bahwa Zakia berontak dan berusaha meyakinkan kepada setiap orang bahwa dia bukan seorang pembunuh. Konflik itu terlebih-lebih pada dirinya sendiri.
c.       Konflik memuncak.
Konflik dalam cerpen ini memuncak ketika Zakia sebagai tokoh utama dihadapkan kepada kematian dan tidak ada satupun orang yang berusaha menguatkan dan mempercayainya. Akhirnya, Zakia semakin pesimis dan dia mulai bergelut dengan diri dan pikirannya.  
d.      Klimaks
Klimaks cerpen ini adalah Zakia mendapatkan kekuatan dan ia mendapat jawaban atas semua pertanyaan. Timbul suatu kepasrahan. Zakia sudah tidak takut akan kematian. Dalam cerpen ini Zakia lebih memilih mati, mati oleh Tuhan daripada manusia. Zakia menyatakan bahwa kematian adalah kekasih yang setia.
e.       Pemecahan  soal.
Akhirnya, Zakia meninggal karena Tuhan. Sesuai dengan yang dikehendakinya. Dia meninggal sebelum nyawanya direnggut oleh peluru para penembak. Pengarang menyelesaikan cerpen ini dengan tidak meninggalkan pertanyaan bagi pembaca.

5.      Setting
Setting dalam cerpen ini lebih tepusat pada kehidupan penjara. Sejak permulaan cerita saja pengarang sudah membawa pembaca kedalam suasana penjara yang kotor, sempit, sesak dan bau. Pengarang juga menampilkan  suasana yang mencekam, orang-rang sudah tidak saling peduli dengan yang lainnya. Sikap masa bodoh sering ditampakkan dalam dunia penjara. Pengarang mencoba untuk  menampilkan suasana bathin orang-orang yang ada di penjara lewat tokoh Zakia. Situasi bathin yang pasrah akan nasib, terlebih-lebih bagi yang dihadapkan dengan kematian.

0 comments:

Posting Komentar