Sabtu, 12 November 2011

Hepatitis A


Baru-baru ini kita menyaksikan di televisi bahwa ada sekolah di Jakarta yang puluhan siswanya tiba-tiba terinfeksi virus Hepatitis A. Oleh sebab itu, pada tulisan kali ini saya akan memaparkan beberapa hal mengenai penyakit Hepatitis A yang saya kutip dari @infomedis. Semoga informasi ini bermanfaat buat anda sekalian dalam mencegah penularan virus Hepatitis A.
·         Hepatitis A merupakan infeksi yang endemis di masyarakat kita, terutama di akhir musim kemarau ini.
·         Infeksi Hepatitis A yang diketahui bisa menyebar melalui makanan jajanan.
·         Hepatitis A adalah infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis A.
·         Hepatitis A disebarkan melalui makanan dan minuman atau juga melalui kontak langsung.
·         Hubungan seksual, khususnya secara anal dan oral, juga bisa menjadi penyebab penularan Hepatitis A.
·         Virus Hepatitis A terdapat pada fases pasien yang terinfeksi.
·         Pasien dengan Hepatitis A biasanya mengalami mata dan kulit kuning dan urine yang berwarna kuning gelap.
·         Gejala awal Hepatitis A malah seperti flu dengan sakit badan, mual, dan kadang disertai muntah, nafsu makan menurun, dan lemas.
·         Penderita Hepatitis A juga merasakan nyeri di perut kanan atas. Ini tidak mengherankan sebab liver pasien Hepatitis A memang akan merdang.
·         Adapun obat-obat yang diberikan sifatnya hanya menghilangkan gejala yang muncul. Contohnya jika diare diberikan obat anti diare.
·         Yang terpenting dalam mencegah terinfeksi virus Hepatitis A adalah hidup sehat dengan makanan yang teratur dan cukup gizi, dan juga istirahat yang cukup.
·         Tidak lupa rutin mencuci tangan dengan sabun, sebelum dan sesudah makan serta setelah keluar dari toilet untuk terhindar dari Hepatitis A.
(sumber: @infomedis)

Read more »

Sabtu, 05 November 2011

Jejak-jejak Pena Dua Generasi

Namanya adalah Dra. Sesilia Seli, M.Pd. Lahir 48 tahun silam di Semenok Kalimantan Barat. Merupakan dosen tetap di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak. Saat ini sedang melanjutkan studi diktoralnya di Akademi Pengajian Melayu, Universiti Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia.

Dosen yang enerjik, modis, disiplin, dan punya tatapan “mendalam” yang sangat disegani dan dicintai oleh tiap mahasiswa, terlebih bagi mahasiswa Prodi Bahasa Indonesia, termasuklah saya, baru-baru ini menerbitkan sebuah buku kumpulan puisi berjudul “Jejak-jejak Pena Dua Generasi”. Karya “duet”-nya bersama sang putri Pricilla Pascadeany Frelians, siswi kelas XII IPS Stella Duce 2 Yogyakarta. Sebuah karya—yang menurut saya sebuah masterpiece—hasil kontemplasi mendalam terhadap kehidupan yang manis getir. Entah itu percintaan, pergolakan bathin, kehilangan, harapan dan perjuangan.

Kumpulan puisi ini boleh saya katakan sebagai “karya langka” dari dosen-dosen FKIP Untan yang membidangi sastra. Hanya ibu Seli/bunda Seli (begitu mahasiswa akrab memanggil) yang berani menelurkan karya seperti ini. Sebuah karya yang “khas” dan wajib saya apresiasi.

Saya ingat waktu itu ibu Seli sedang berada di Malaysia ketika saya “memberanikan diri” untuk minta izin menulis beberapa hal mengenai karyanya ini (saya menggunakan fasilitas chatting FB). Syukur saat itu ibu Seli langsung mengiyakan. Kalau pun beliau tidak berkenan, saya akan tetap mengomentari karyanya ini, karena menurut saya, buku kumpulan puisi ini sudah menjadi milik umum dan pantas untuk dikomentari.

Kenapa Harus Puisi?
Setiap orang mempunyai “sarana” untuk menuangkan, mengungkapkan, mencurahkan atas segala hal yang ada di pikiran, hati, dan perasaannya. Mereka bisa menggunakan tulisan: cerpen, novel, essay, dan lainya. Mereka bisa menggunakan lagu. Mereka bisa menggunakan tangan: patung, lukisan, dan banyak lainnya. Mereka juga bisa menggunakan puisi. Puisi cocok untuk mereka yang sedikit ekspresif, peka, dan perasa. Oleh sebab itu, puisi bisa sangat menyentuh.

Chairil Anwar, Amir Hamzah, Taufiq Ismail, W.S. Rendra, dan banyak lainnya telah berhasil menggugah pucuk perasaan dan pikiran tiap orang hanya dengan menggunaka sebait puisi.

Keindahan puisi bukan hanya dinilai dari keteraturan tiap barisnya. Bukan juga keindahan kata-katanya, bukan juga harmoni melodinya, tetapi juga kedalaman makna dan cinta yang ditimbulkan setelahnya. Karena dimunculkan dari kedalaman hati, puisi menjadi begitu dramatis dan ekspresif. Hal inilah sepertinya disadari betul oleh ibu Seli ketika memilih puisi sebagai “sarana”-nya.

Jejak-Jejak Pena Dua Generasi
Kesan pertama saya setelah membaca puisi-puisi dalam buku “Jejak-jejak Pena Dua Generasi” ini adalah biasa saja. Bahasa yang digunakan begitu sederhana. Begitu umum. Simpel dan sangat mudah untuk dipahami maknanya. Akan tetapi, inilah identitas sejati dari gaya ibu Seli. Identitas yang jujur. Identitas yang menampilkan wajah kesederhanaan. Untuk alasan ini saya harus menyalahkan kesan pertama saya itu. Kesan pertama yang tak cukup menggoda.

Melalui puisi-puisi ini, ibu Seli tampil sebagai sosok yang jujur dalam menilai, jujur dalam merasa, dan jujur dalam mencintai. Dengan kata-kata yang sederhana, mengalir berirama, akan sangat mudah sekali untuk memahami makna yang tersampaikan tanpa harus mengerutkan dahi.

Ada beberapa puisi dalam kumpulan puisi ini yang secara subyektif saya anggap menarik dan mewakili keseluruhan. Termasuk di dalamnya satu puisi karangan sang putri Pricilla Pascadeany Frelians.

Pada halaman pertama kita disambut oleh puisi berjudul Perempuan dalam Sketsa. Puisi ini secara tersirat merupakan ucapan selamat datang dari penulis kepada pembaca. Seolah-olah hendak mengatakan, “Hei, para pembaca budiman! inilah aku apa adanya! Akulah perempuan dalam sketsa ini.” Antara kerapuhan dan kekuatan, mengambarkan bahwa dirinya adalah wanita yang seimbang. Berikut ini syair puisinya.

Perempuan dalam Sketsa
Tuhan, Engkau membentuk aku
Dalam rahim ibuku dengan kasih-Mu melalui ayahku
Ajaib, luar biasa, amat mengagumkan
Perempuan, itulah jentinaku
Perempuan yang telah kau hembusi dengan roh kehidupan
Aku hidup
Aku ada

Aku ternyata perempuan yang amat biasa
Biasa dalam segala harap dan rasa
Biasa dalam merasa dan bertindak
Biasa dalam kesesakan dan kemujuran
Biasa, ya aku perempuan biasa
Biasa dalam kelemahan, juga kelebihan

Aku perempuan dengan sejumlah warna
Baik rona pelangi yang menyelimuti hidupku
Begitulah harapku, niatku, citaku, dan mimpiku
Bahkan cintaku

Gambar perempuan itu, ternyata gambarku
Figuranya adalah hamparan perjalanan kesaharianku
Perempuan itu, ternyata aku
Ya, aku perempuan dalam sketsa ini
Perempuan itu, memang akulah
Ya, memang aku perempuan
Dengan identitas yang pasti
Bahkan teramat pasti

Cinta sejati yang murni adalah semata-mata kepada kekasih hati (suami). Kekasih yang selalu ada dalam susah dan senang. Kekasih yang selalu menemani hingga ajal menjemput. Cinta yang sebenarnya begitu sederhana. Itulah pesan yang terkandung pada puisi Kesederhanaan adalah Cinta Kita dan Dirimu yang ia tujukan khusus untuk suami terkasih. Berikut ini syair puisinya.

Kesederhanaan adalah Cinta Kita
-Untuk yang Terkasih Frans Laten-
Derai-derai ombak di pantai itu
Mengingatkan aku ketika cinta kita bermula
Dari kesederhanaan yang amat lekat dengan dirimu
1983 itulah awalnya
Semua terasa biasa dan teramat biasa
Persahabatan yang melahirkan rasa cinta yang tak berakhir

Pertengahan Juli 1987
Kau membawaku ke altar
Kau menikahiku
Sejuta rasa yang tak terkatakan

Dua puluh tiga tahun kemudian
Rasa kita tetap sama,
Terasa hangat, menggetarkan seperti rasa kita dulu
Riak gelombang keseharian kita membuat kita kuat
Kita tetap bertahan dalam kesederhanaan kita
Seperti kesederhanaan kita 23 tahun yang lalu
Rasa kita rasa yang abadi
Walau kerap kita salah menduga
Salah menilai, salah merasa
Ternyata rasa kita tak hendak berubah

Aku menyayangimu dalam kesederhanaan
Kesederhanaan yang memaafkan segala asa
Kesederhanaan yang membuatku tak mampu berpaling
Kesederhanaanmu mengikatku dalam keabadian rasa

Asa yang amat membahagiakan
Aku aman dalam kesederhanaanmu
Rasamu adalah rasaku
Rasa kita

Dirimu
Dirimu adalah bagian yang tak terencanakan
Yang hadir tanpa kumengerti
Yang selalu ada tanpa kuminta

Dirimu adalah bagian yang tak kupahami
Berpuluh-puluh kitab telah kubaca
Namun, tiada jawaban tentang dirimu

Dirimu adalah bagian yang amat mengusikku
Setiap hari aku mencari celah untuk menghindarimu
Namun, dirimu terus merembes di segenap hatiku
Tanpa bisa untuk kutolak

Dirimu adalah bagian yang terlarang dalam hidupku
Setiap saat bisik hatiku menolak hadirnya dirimu
Namun, pesonamu teramat memukau
Hingga aku menyerah pada hatimu

Dirimu adalah bagian yang amat berarti bagi diriku
Bahkan teramat berarti hingga tak tertandingi
Namun, hadirmu membuatku termangu
Hingga rasa itu membelengguku

Begitulah dirimu yang teramat abu-abu
Dirimu yang memaksaku untuk bersikap
Menuntutku untuk berani mengucap
Bahwa kita sama-sama merasa
Sama-sama menduga
Sama-sama menunggu
Sama-sama berharap
Sama-sama memiliki
Sama-sama ada

Puisi ini memunyai impact yang nyata bagi tiap pasangan entah sudah menikah ataupun belum. Kesetiaan dan ketulusan mutlak harus dimiliki oleh setiap pasangan dalam membangun sebuah hubungan. Puisi ini hendak menyampaikan bahwa cinta itu akan semakin mudah dipahami bila kita memandangnya sebagai hal yang sederhana. Dan begitulah kenyataannya cinta, kompleks.

Kedukaan selepas ditinggalkan oleh orang yang terkasih memang akan tidak mudah dilupakan. Di antara beberapa puisi yang bercerita tentang kedukaan setelah ditinggalkan, Belahan Jiwa 3 menggambarkan kesan yang begitu nyata dari kesedihan dan kepedihan jiwa seorang perempuan, seorang ibu, seorang mama. Pada akhirnya disadari bahwa kedukaan itu tidak akan dibiarkan larut terlalu dalam. Kepasrahan akan kehendak alam dan Tuhan menghadirkan ketenangan bagi jiwa. “biarlah rencana-Mu menjadi rencanaku”. Berikut ini syair puisinya.

Belahan Jiwa 3
Jika mengenangmu
Perih rasa kalbuku yang paling dalam
Aristo belahan jiwaku
Lima belas tahun yang silam
Dirimu begitu lekat dalam kepedihanku
Hadirmu yang tak terduga
Begitu juga pergimu yang tak pernah terbayang
Keabadian itulah tempatmu kini, Nak.

Jika teringat duka itu
Rasanya aku masih merasakan degup jantungmu
Denyut nadimu pertanda dirimu masih dalam dekapan
Lima belas tahun yang silam
Seolah baru kemarin duka itu hadir
Aku merasa ikut hilang bersamamu
Melayari dunia penuh cahaya
Melayari keabadian
Aristo, belahan jiwaku
Rindu Mama, rindu yang abadi
Beristirahatlah dalam keabadian
Dalam kedamaian
Amin

*kematian merupakan jembatan menuju keabadian,
wilayah transenden dari alam pikiran,
kematian—dengan cara apapun—bukanlah suatu kerugian bagi yang ditinggalkan,
namun suatu kehormatan bagi kehidupan.
kematian bukan semata menjadi kefanaan,
karena kematian mengajarkan kita untuk menghargai kehidupan,
semoga jiwa yang terlepas dari soma, dicintai, kerena jiwa tak pernah mati...

Puisi Semua karena Aku Mau memberikan sugesti semangat kepada diri saya. Puisi ini benar-benar memotivasi. Segala hal yang dari awal sudah menjadi pilihan dan kita pilih harus mampu dipertanggungjawabkan. Membaca syair puisi ini mengingatkan saya pada film “Yes Men” yang dibintangi oleh Jim Carrey. Pesan moralnya adalah ketika kamu memilih suatu jalan hidup, kemudian kamu merasa bosan, kamu harus melihat kembali apa yang sebelumnya membuat kamu memilih jalan tersebut. Kamu harus member cinta pada pilihanmu. Berikut syair dari puisinya.

Semua karena Aku Mau
Kecintaanku pada dunia yang satu ini
Adalah kecintaan sejak aku belia
Hanya satu impianku
Kenjadi abdi bangsa
Yang setia

Semua karena aku mau menjadi seseorang
Yang dapat berguna bagi banyak orang
Mencoba berbagi dan merasakan
Mau dengan ikhlas mengabdi
Padamu anak-anak bangsa
Yang bersedia berproses
Bersedia dibentuk

Semua gara-gara aku mau.
Bagaimana jadinya kalau aku tak mau?
Pikiran sesaat ini segera kubuang jauh di dasar budiku.
Semua karena aku mau melayani, mau belajar memahami
Aku selalu merindukan tatapan penuh harap, penuh Tanya
Tatapan yang selalu menantangku untuk selalu mengasah budiku
Dengan berbagai kebijaksanaan yang mendahului mereka.

Semua karena aku mau,
Karena aku rindu,
Karena aku menyayangi
Semua karena aku mau dan
Amat merindukan mereka

Satu puisi terakhir yang menurut saya patut diapresiasi adalah puisi berjudul Kau karangan Pricilla Pascadeany Frelians. Puisi ini mempunyai kekuatan kata-kata, kedalaman makna, dan kejujuran. Kerinduan untuk dicintai. Simbol usia remaja. Berikut ini syair puisinya.

Kau
Matamu hadirkan keteduhan hati
Dikala matamu memandangi kutenang
Saat aku terdiam dalam kebimbangan

Belaianmu tegarkan diriku
Saatku tak percaya pada diri ini
Tak mampu menghadapi rintangan yang ada

Pelukanmu membuatku merasa aman
Tak pernah ingin melepaskannya
Agar kutetap aman denganmu

Genggamanmu menuntunku
Ketika ku tak tahu harus ke mana ku melangkah
Menempatkan kaki di tempat yang benar

Cintamu hidupkanku
Nyalakan kembali semangat hidup yang redup
Mengangkatku dari keterpurukan
Dan cintamu warnai hariku
Jauhkan warna kelabu dari kanvas hidupku
Cintamu buat aku bersinar


Saya pribadi mengharapkan ada lagi karya-karya serupa dari Ibu Seli. Mohon kritik dan saran ya untuk tulisan ini. :)

Read more »

Biru Yang Hilang (Boni)

Langit mulai gelap, biru yang pudar dan mulai hilang
Pertanyaan tentang esok, mungkin kau jawab esok, lusa, atau nanti
Dan hari ini, saat biru yang pudar bercerita, aku tak kuasa, sirna
Pertanyaan ku sering tertahan pada hamparan pasir senja itu, ketika bersama
Pertanyaan ku juga sering tertahan pada hujan yang menyadarkan kita, biru telah hilang...
Bukan terlelap dalam diam, bukan...
Bukan pula tertegun dalam alunan klasik alasan lama
Hanya tak ingin menyakiti dan mencintai harapan dan mimpi...
Coba terangi seperti pujangga, tapi ini nyata dalam cerita yang kita tulis...

Read more »

Sajak di Persimpangan (Boni)

Ini waktu, kita ragu, di balik persimpangan
Senyap, menyelam asa, mengurai pilihan, hilang.
Kita pernah maju, tapi ragu-ragu, sendat kita merayap
Kita pernah tertawa, tapi celaka, kita rupa anjing penjilat
Lalu kita pernah mencumbu senja, kala salju disangka api

Ini waktu, kita ragu, di balik persimpangan
Sunyi, hidup atau mati?
Masa ini kita menabur muka di fajar dan di senja
Barangkali pucat ini muka, darah dan nanah-nanah bercinta
Tuli kita, sewaktu laskar babu menjerit, minta sisa hidup
Buta kita, sewaktu pasukan anak lapar mencabik si perut besar, karena cita-citanya diludahi anjing-anjing pendidikan

Ini waktu, kita ragu, di balik persimpangan
Bangga kita berdiri, di masa mereka mencaci suara mereka sendiri
Mati saja kau, hei pembusuk
Sajak simpang, ketika negeri compang
Ini waktu, ketika kita di persimpangan

Read more »

Persimpangan (Boni)

Semilir angin berhembus perlahan menerpa seorang pemuda. Matanya menerawang ke balik senja yang mulai berganti dengan malam, pekat, hanya cahaya redup bintang yang entah mengapa malam itu bersinar malu-malu. Sang pemuda memang selalu mengunjungi pantai itu, untuk sekedar menikmati senja, walaupun ia tahu tak selamanya senja itu indah.
Dalam benaknya, terlintas selalu suara Ayahnya, tiga tahun lalu, “ Nak, mengapa kau tak punya cita-cita menjadi dokter, menjadi pilot, menjadi insinyur?, bisa lah kau mengganti rumah kita yang reot ini, menyekolahkan adik-adik mu itu”. Suara itu yang seolah menjelma menjadi sebentuk suara mengiang, tak mau pergi, berdiam di otaknya. Perlahan ingatan sang Pemuda akan masa lalu semakin nyata, barangkali pertanda, pikirannya sudah mulai menua.

###
“ Boleh kita berkenalan” ujar seorang lelaki setengah baya.
“ Oh, boleh, Dedy, om siapa?
“Jangan panggil saya om, saya seorang Pastor”, datang lah ke gereja, sering kau temui aku di sana.
Pertemuan yang singkat, tapi ternyata membekas di hati Dedy, sang Pemuda. Ia memang sudah lama tidak melihat salib, sudah lama pula tidak mendengar suara lonceng, yang dulu akrab di mata dan telinganya. Semenjak ia menganggap dirinya seperti seorang pemusnah cita-cita sang ayah, ia tak lagi pernah ke gereja, barangkali lupa dimana ia punya Tuhan.
Dedy memang menjauh dari cita-cita sang ayah, ia kini hidup merantau di negeri orang, jauh dari tanah kelahirannya. Ia ingin lari dari kenyataan, kenyataan bahwa ia hanya seorang pemuda tamatan SMA yang sama sekali tak berniat melanjutkan sekolah seperti harapan sang ayah.
Hari-hari ia lalui dengan kapal-kapal yang menjadi saudara nya, menjadi keluarganya.
“ Dedy, apa kau tak pernah ingat tanah kelahiranmu, kasihan ayah mu”, Marko mencoba memberikan pengertian.
“Aku tak ingin menambah luka di hati ayah ku”
“Lalu, apa kau terus begini, mencintai kapal-kapal barang, apa kau sudah tak punya cinta?” Marko bertindak seperti seorang saudara laki-laki yang tak ingin adik nya terlarut dalam penyesalan dan penyalahan diri.
“Aku lupa tentang cinta, yang ku tahu aku ingin hidup tanpa suara ayah ku yang terngiang di telinga, tak bisa menjauh dariku.”

Pelabuhan mulai ramai, kapal-kapal besar pengangkut barang sudah antri berdatangan. Dedy sigap bekerja, tubuhnya seperti baja, tak pernah ada lelah dalam pekerjaannya, buruh kapal.
Matahari menunjukkan kehangatan, seorang gadis sedang mondar mandir, di sudut pelabuhan.
“Apa yang kau cari, bisa kubantu?” Dedy menyapa gadis itu.
“Aku sedang menunggu ayah yang kabarnya berlabuh siang ini”
Ayah !, kata yang membuat Dedy mundur dari keinginan nya untuk berkenalan dengan gadis itu, keinginan untuk mengikuti naluri mudanya. Begitulah, Dedy menjadi pemuda yang mungkin selalu mundur dalam cinta nya. Pernah memang Dedy dekat dengan seorang gadis, namun ia dikhianati, hanya karena ia seorang pecinta kapal-kapal barang.

###

Hari ini, tiga tahun yang lalu, pikirannya melintasi nasib dan angan-angan yang entah kemana, ia tidak tahu. Hari ini genap ia berusia 26 tahun. 26 tahun penuh pergulatan dengan dirinya sendiri, lalu ia teringat perjumpaannya dengan seorang pastor setengah baya.
Dedy datang ke gereja, St. Yusuf, sudut kota.
“ Apa yang membuat kau datang?”
“ Pastor, saya bermimpi dan mimpi saya seperti nyata, Salib itu menimpa kepala ku, dan ayah ada di atasnya”
“ Berdoalah”

“ Kepada ayah yang punya angan-angan untuk ku, izinkan maaf ku ini datang…
Ayah, aku punya cerita yang mungkin membuat ayah tak lagi kecewa
enam tahun aku menjadi pecinta kapal, dan hidup untuk ku sendiri, tanpa cinta…
aku sering bergumul dengan hidupku sendiri, setiap detik ku rasa…...
“Kepada ayah yang punya angan-angan untuk ku..”

###

Seorang lelaki muda tergantung di seutas tali, tepat di bawah salib, dekat lonceng, di sekitar menara gereja. Tubuh nya kaku, hening, hanya ada suara rintik-rintik hujan. Seorang lelaki muda dengan tulisan RIP di pembaringannya, mengubur putus asa dan rasa sesal.

Read more »

Pragmatik (Boni)

1. Faktor penentu dalam berkomunikasi ada tujuh, yaitu :

a. Siapa dan dengan siapa mereka berbahasa.
Faktor pertama ini mengandung makna bahwa dalam konteks berkomunikasi, seorang pembicara haruslah memperhatikan status sosial, kedudukan, jenjang usia lawan bicaranya. Dalam hal ini setelah tahu siapa lawan bicaranya, tentulah pembicara menggunakan bahasa yang sesuai dengan lawan bicaranya, dengan pemilihan kata yang tepat pula.

b. Untuk tujuan apa mereka berbahasa.
Dalam faktor yang kedua ini, seseorang yang ingin berkomunikasi dengan orang lain haruslah mengetahui tujuan apa yang ingin dicapainya melalui komunikasi itu. Tujuan yang berbeda tentu memerlukan bahasa yang berbeda pula. Sebagai contoh, orang yang berkomunikasi dengan tujuan memperoleh informasi, tentu akan menggunakan pilihan kata yang mengarah pada pertanyaan-pertanyaan. Berbeda hal nya dengan orang yang berkomunikasi dengan tujuan untuk meyakinkan lawan bicaranya, tentu dengan bahasa yang meyakinkan pula, tidak dengan pertanyaan-pertanyaan seperti pada tujuan memperoleh informasi tadi.

c. Dalam konteks atau situasi yang bagaimana mereka berbahasa.
Pada faktor ketiga ini, konteks dan situasi yang sedang terjadi saat proses komunikasi berlangsung, hendaknya menjadi perhatian seseorang yang ingin berkomunikasi dengan orang lain. Saat situasi yang resmi, tentunya menggunakan bahasa baku yang resmi, sebaliknya saat situasi yang tidak resmi, tentunya menggunakan bahasa yang santai atau yang tidak resmi. Saat situasi yang meliabatkan beberapa orang yang berbeda latar belakang budaya, sosial, dan lain-lain, seorang pembicara hendaknya menggunakan bahasa pengantar yang lazim digunakan, agar orang dilibatkan dalam komunikasi itu mengerti.

d. Topik apa yang akan dibicarakan.
Pembicara harus mengetahui topik apa yang akan dibicarakan, agar pembicaraan bisa berjalan dengan baik. Misalnya dalam topik tentang kesehatan, tentu seorang pembicara membicarakn mengenai kesehatan, tidak membicarakan hal-hal lain.

e. Dengan jalur mana (lisan atau tulisan).
Jalur komunikasi atau ragam komunikasi yang digunakan dalam berkomunikasi dengan orang lain, menuntut pemiiihan kata, kalimat atau ragam bahasa tertentu. Komunikasi lisan menggunakan pemilihan kata yang berbeda ketika disampaikan melalui komunikasi tulis.

f. Media apa yang digunakan dalam berkomuniaksi
Penggunaan media dalam menyampaikan sesuatu kepada orang lain memerlukan pemilihan bahasa tertentu. Media telepon misalnya akan berbeda penggunaan bahasanya ketika pembicara menggunakan media surat.

g. Dalam peristiwa apa mereka berbicara
Setiap peristiwa memerlukan bahasa tertentu yang akan digunakan. Dalam upacara, tentu akan menggunakan ragam bahasa paling resmi. Dalam percakapan santai, tentu menggunakan ragam bahasa tidak formal.

2. Ragam bahasa yang berkaitan dengan pragmatik :
a. Ragam beku ( frozen), ialah ragam bahasa yang paling resmi yang dipergunakan dalam situasi –situasi khidmat dan upacara-upacara resmi. Dalam bentuk tullis, terdapat dalam dokumen-dokumen bersejarah, seperti undang-undang dasar. Contoh ragam beku dalam upacara :“ penghormatan kepada inspektur upacara”.
b. Ragam resmi (formal), ialah ragam bahasa yang dipakai dalam pidato-pidato resmi rapat dinas atau rapat resmi pimpinan suatu badan. Contoh : “ Hadirin sekalian, secara resmi acara pembukaan festival musik antar perguruan tinggi ini saya buka”
c. Ragam usaha (consultative), ialah ragam bahasa yang sesuai dengan pembicaraan-pembicaraan biasa di sekolah-sekolah, perusahaan-perusahaan dan rapat-rapat usaha yang berorientasi pada hasil. Contoh : pembicaraan di sekolah “ kalian sudah belajar anak-anak?”
d. Ragam santai (causal), ialah ragam bahasa yang biasa dipakaiu antarteman dalam
berbincang-bincang, rekreasi, berolahraga dan sebagainya. Contoh: “ Bang, apa kabar?”
e. Ragam akrab (intimate), ialah ragam bahasa antaranggota yang akrab dalam keluarga atau teman-teman yagn tidak perlu berbahasa secara lengkap dengan artikulasi yagn terang tetapi cukup dengan ucapan-ucapan yang pendek-pendek. Contoh: “ dek, ambilin kopi yah?”

3. Pokok-pokok bahasan Pragmatik :
a. aspek sosialisasi

a.1 menyapa orang lain berkumpul
a.2 menyapa orang lain waktu bertemu
a.2 menyapa orang lain berpisah
b. aspek intelektual

b.1 mengungkapkan sesuatu itu mungkin atau tidak mungkin
b.2 ingin mengetahui sesuatu itu mungkin atau tidak mungkin
b.3 menyatakan kemampuan atau ketidakmampuan
b.4 mengungkapkan apakah sesuatu itu masuk akal
b.5 ingin mengetahui apakah sesuatu itu masuk akal
b.6 ingin mengetahui tentang kemampuan dan ketidakmampuan
b.7 ingin mengetahui apakah sesuatu itu pasti atau tidak pasti
b.8 ingin mengetahui sesuatu itu pasti atau tidak pasti di antara orang lain

c. aspek emosi

c.1 mengungkapkan sesuatu itu menarik atau tidak menarik
c.2 ingin mengetahui sesuatu itu menarik atau tidak menarik
c.3 mengungkapkan rasa puas
c.4 mengungkapkan rasa tidak puas
c.5 ingin mengetahui rasa puas atau tidak puas
c.6 menyatakan pilihan
c.7 ingin mengetahui rasa senang dan setuju

d. aspek informasi factual

d.1 mengidentifikasi sesuatu
d.2 melaporkan sesuatu
d.3 memperbaiki sesuatu
d.4 bertanya tentang sesuatu

e. aspek moral

e.1 minta maaf
e.2 menyatakan persetujuan
e.3 menyatakan pengungkapan apresiasi
e.4 menyatakan penyesalan

f. aspek penyelesaian sesuatu

f.1 menyatakan sesuatu pekerjaan
f.2 meminta orang lain mengerjakan sesuatu
f.3 memberikan bantuan
f.4 meminta batuan

4. Contoh percakapan ;
1. Sosialisasi
Marry : “ Hai Dina, apa kabar? Jarang kelihatan sekarang”
Dina : “ Hai juga Mar…, kabar baik, biasa lah lagi sibuk skripsi sekarang”
Marry : “ Oh ya, sebentar lagi sarjana..jangan lupa sama teman ya Din…”
Dina : “ Tenang saja Mar…aku tidak mungkin lupa dengan mu…
Marry : “ Terima kasih Din, kamu memang teman ku yang baik”
2. Intelektual
Pak RT : “ Wan, saya dengar di sekitar kampung kita ini semalam ada perampokan”
Wawan :“ Iya pak, semalam memang ada perampokan.”
Pak RT :“ Kalau begitu, apa sudah ada polisi yang datang untuk menyelidikinya?”
Wawan : “ Saya dengar dari warga, nanti sore polisi datang ke sini pak”
Pak RT : “Apakah sudah pasti? Kamu sudah menghubungi polisi?
Wawan :“Sudah pasti pak, saya dan warga yang lain sudah menghubungi polisi”
3. Emosi
Bu Guru : “ Tati, kamu masuk final lomba menulis cerpen tingkat SMA mewakili
Sekolah kita”
Tati : “ Benarkah bu ?”
Bu Guru : “ Benar Tati, kamu masuk final, Ibu puas dengan hasil kerja
keras kamu”
Tati : “ Terima kasih bu, saya tidak menyangka saya bisa masuk final”
Bu Guru : “ Iya, Ibu puas karena kamu bisa membuktikan bahwa kamu bisa”
4. Informasi Faktual
Toni : ” Pak, Bu, Toni ingin menyampaikan sesuatu kepada Bapak dan Ibu”
Bapak : “ Apa itu Ton?”
Toni : ” Tadi pagi Toni melihat Bi Inem mengambil perhiasan milik Ibu di kamar”
Bapak : “ Apa? Kalau begitu Bapak harus menemui Bi Inem untuk meminta
pertanggung jawabnnya”
5. Moral
Doni : “ Rika, mohon kau maafkan aku”
Rika : “ Apa kau sudah sadar dengan kesalahan mu?”
Doni : “ Aku sadar Rika…aku telah menduakan cinta mu”
Rika : “ Bagus kalau kau sudah sadar”
Doni :” Jadi bisakah kau memaafkan ku?”
Rika :”Iya, aku maafkan, tapi kau harus berjanji tidak akan mengulanginya “
6. Penyelesaian sesuatu
Pak Gayus :”Apa yang bisa saya bantu komandan?”
Komandan :”Kita telah diberikan tugas untuk mengamankan daerah ini”
Pak gayus :”Lalu apa yang bapak perintahkan untuk saya”?
Komandan :”Bisakah kau memimpin regu pasukan pengmanan itu?”
Pak Gayus :”Siap pak, tetapi mengpa bapak tidak memimpinnya ?”
Komandan :” Saya harus menemani istri saya melahirkan di rumah sakit”
Pak Gayus :”Siap pak, saya akan memimpin regu ini”

5. Aspek intelektual:
1 mengungkapkan sesuatu itu mungkin atau tidak mungkin
2 ingin mengetahui sesuatu itu mungkin atau tidak mungkin
3 menyatakan kemampuan atau ketidakmampuan
4 mengungkapkan apakah sesuatu itu masuk akal
5 ingin mengetahui apakah sesuatu itu masuk akal
6 ingin mengetahui tentang kemampuan dan ketidakmampuan
7 ingin mengetahui apakah sesuatu itu pasti atau tidak pasti
8 ingin mengetahui sesuatu itu pasti atau tidak pasti di antara orang lain

Aspek emosi:

1 mengungkapkan sesuatu itu menarik atau tidak menarik
2 ingin mengetahui sesuatu itu menarik atau tidak menarik
3 mengungkapkan rasa puas
4 mengungkapkan rasa tidak puas
5 ingin mengetahui rasa puas atau tidak puas
6 menyatakan pilihan
7 ingin mengetahui rasa senang dan setuju

6. Dialog:
Ani : “ Siapa yang telah mencoret catatan di buku ku?”
Beno : “ Saya An…”
Ani : “Tega nya kamu mencoret-coret catatan ku ! mengapa kau melakukan itu?”
Beno : ”Saya tidak tahu itu buku mu”
Ani : ” Saya kecewa Beno, kau telah lama berteman dengan ku, tapi kau seperti
itu”
Beno : ” Lalu kau mau apa? Aku tidka tahu itu buku mu An…”
Ani : ” Sudah lah aku tidak akan meminjamkan buku ku kepada kau lagi”

7. Guru : ” Anak-anak, dalam keseharian kalian, tentunya kalian pernah
bertengkar dengan teman kalian. Pertengkaran itu mungkin disebabkan
oleh salah paham atau mungkin karena teman kalian jahil kepada kalian.
Bilamana kamu membuat teman mu marah, apa kamu ucapkan kepada teman mu
itu, Irvan?”
Irvan : ” Maafkan saya, Pak!”
Guru : ”Bagus, tepat Irvan !”
Seandainya kamu yang marah kepada temanmu, dan teman mu itu minta maaf
kepada kamu, apa yang kamu ucapkan kepada teman mu itu, Bambang?”
Bambang : ”Saya memaafkan mu, seperti pak!”
Guru : ”Bagus sekali Bambang!”
Sekarang giliran kamu Riko, bilamana kamu melihat Kakakmu berdandan
dengan cantik, apa yang kamu ucapkan Riko?”
Riko : ” Wah, kakak cantik sekali hari ini!”
Guru : ”Tepat sekali Riko!”
Ada yang lain lagi?”
Ana : "Ada pak!”
Guru : “Nah, coba kamu kemukakan Ana!
Ana : “Kakak terlihat begitu mempesona”
Guru : ”Benar, ucapan seperti itu juga benar. Dalam mengungkapkan perasaan
kalian, kalian tentu menggunakan ungkapan yang berbeda, namun
perlu diingat bahwa walaupun berbeda-beda, ungkapan itu harus sesuai
dengan kondisi pembicaraan kalian saat kalian berbicara dengan teman
mu, atau kakak, atau orang lain.

8. 1. Untuk Paman : “ Paman, Bony mau pulang, cepat sembuh ya Paman”
2. Untuk Guru : “Pak, saya permisi mau pulang, cepat sembuh ya Pak, agar bisa
mengajar kami lagi di sekolah, kami rindu diajarkan kembali
oleh Bapak”
3. Untuk orang tua: “Ma, banyak istirahat ya ma…aku rindu sekali sama mama, mama
harus cepat sembuh.

9. a. Ibu dan ayah senang karena adik naik kelas.
b. Kami sekeluarga senang sekali karena ayah naik pangkat.
c. Saya ikut bahagia karena engkau telah menikah.
d. Saya terpesona karena engkau memakai gaun merah ini.
e. Ibu dan ayah ikut bangga karena kamu telah berhasil menyelesaikan kuliah
dengan cepat.
f. Yani dan Tika sangat kecewa karena mereka kalah dalam pertnadingan catur.
g. Paman tidak puas dengan hasil itu karena hasil itu membuat Paman dipecat dari
perusahaan.
h. Masalah itu tidak masuk akal karena tidak mungkin ada manusia yang bisa
seperti Tuhan.

Read more »

Rabu, 02 November 2011

Puisi dan Prosa

A. Puisi
Puisi adalah sebuah karya sastra yang bahasanya dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias/imajinatif. Puisi merupakan hasil kesusasteraan yang ditulis dengan "tidak menuruti tata bahasa". Ia sebenarnya tidak terdiri daripada ayat-ayat yang lengkap, melainkan terdiri dari frasa-frasa yang disusun dalam bentuk baris-barisan. Lazimnya, puisi merupakan bahasa yang berirama dan apabila dibaca pembaca akan merasakan rentaknya. Contoh kesuasteraan puisi seperti: sajak, syair, pantun, gurindam, lirik, seloka, mantera dan sebagainya. Puisi merujuk kepada susunan / aturan ayat yang menyampaikan maksud dalam bentuk yang indah. Puisi adalah satu cabang kesenian manusia. Puisi boleh berdiri secara sendiri, dan boleh juga disulam dalam seni lain seperti drama puisi, him atau lirik.

Unsur-unsur intrisik puisi yaitu:
1. Tema
Tema yaitu pokok pikiran yang terkandung di dalam suatu puisi merupakan ide pokok yang menjiwai keseluruhan isi puisi yang mencerminkan persoalan kehidupan manusia, alam sekitar dan dunia metalisis yang diangkat penyair dari objek seninya.
1. Amanat
Amanat yaitu pesan yang ingin disampaikan penulis melalui puisinya.
2. Rima
Rima yaitu persajakan atau pola bunyi yang terdapat dalam puisi. Persajakn antarbunyi pada larik-larik puisi dinamakan rima eksternal, sedangkan persajakan bunyi-bunyi di dalam sebuah larik puisi disebut rima internal.
3. Ritme
Ritme yaitu perhentian/tekanan yang teratur.
4. Irama
Irama yaitu turun naik intonasi secara beraturan. Irama memiliki daya tarik dan kemampuan memberikan kesenangan kepada manusia. Yang dimaksud dengan irama dalam bahasa ialah pengulangan waktu dan pola tekanan yang terjadi secara teratur. Fungsi unsur irama/musikalitas dalam puisi adalah menguatkan keindahan puisi, memberi jiwa pada kata-kata dan membangkitkan emosi (kepuasan estetik).
5. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yaitu cara menggunakan bahasa agar daya ungkap atau daya tarik atau sekaligus kedua-duanya bertambah.
6. Diksi
Diksi yaitu pilihan kata yang dipergunakan penyair dalam membangun puisinya.
7. Citraan (pengimajian)
Citraan adalah gambaran angan (abstrak) yang dihadirkan menjadi sesuatu yang konkrit dalam tetanan kata-kata puisi.
8. Korespondensi
Korespondensi yaitu hubungan yang padu antarlarik-larik dalam bait, antarbait ang diikat oleh tema dalam suatu kesatuan logis.
9. Repitisi (ulangan)
Dalam puisi ibarat refein dalam musik, menghasilkan musikalitas. Hal-hal yang dapat diberi perulangan bisa saja mnengenai perulangan piukiran, persajakan, perlambangan dan lain-lain. Meskipun diulang-ulang bagian-bagian tersebut tidaklah membosankan karena ada fungsinya.

Unsur-unsur ekstrinsik puisi, yaitu:
1. Permasalahan hidup
Banyak sekali sekarang ini permasalahan hidup yang terjadi di dalam kehidupan kita. Dari semua permasalahan yang terjadi itu pengarang dapat menjadikannya inspirasi untuk menulis sebuah karya sastra.
2. Pengalaman
Pengarang biasanya menulis sebuah karya sastra berdasarkan pengalaman pribadinya. Semakin banyak pengalaman seseorang maka semakin banyak pula inspirasi yang diperoleh.
3. Latar belakang pengarang
Setiap pengarang tentu memiliki latar belakang yang berbeda. Oleh sebab itu, setiap karya sastra memiliki ciri khas tersendiri sesuai kepribadian pengarangnya.

B. Prosa
Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin "prosa" yang artinya "terus terang". Jadi, prosa adalah karangan bebas yang mengekpresikan pengalaman batin pengarang mengenai masalah kehidupan secara terus terang dalam bentuk dan isi yang harmonis yang menimbulkan kesan estetik.
Prosa merujuk kepada hasil kesusteraan yang ditulis dalam ayat-ayat biasa, yakni dengan menggunakan tata bahasa mudah. Biasanya ayat-ayat dalam kesusasteraan akan disusun dalam bentuk karangan. Prosa adalah satu bentuk kesusasteraan yang lebih mudah difahami berbanding dengan puisi. Contoh bagi kesusasteraan prosa ialah: cerpen, novel, skrip drama, essei dan sebagainya. Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya.

Unsur-unsur intrinsik prosa:
1. Tema
Ide sentral yang mendasari suatu cerita.
Fungsi tema:
- Sebagai pedoman bagi pengarang dalam menggarap cerita,
- Sasaran/tujuan penggarapan cerita, dan
- Mengikat peristiwa-peristiwa cerita dalam suatu alur.
2. Amanat
Di sini dapat diartikan pesan berupa ide, gagasan, ajaran moral, dan nilai-nilai kemanusiaan yang ingin disampaikan pengarang lewat cerita. Amanat pengarang ini terdapat secara implisit dan eksplisit di dalam karya sastra. Implisit misalnya disiratkan dalam tingkah laku tokoh-tokoh cerita. Eksplisit, bila dalam tengah atau akhir cerita pengarang menyampaikan pesan-pesan, saran, nasehat, pemikiran, dan sebagainya.
3. Alur atau Plot
Rangkaian peristiwa-peristiwa cerita yang disusun secara logis dan kasualitas.
4. Perwatakan atau Penokohan
Pelukisan tokoh atau pelaku cerita melalui sifat-sifat, sikap dan tingkah lakunya dalam cerita.
5. Sudut Pandang
Tempat pengarang di dalam cerita yang mengisahkan ceritanya.
6. Latar atau Setting
Situasi, tempat, ruang, dan waktu terjadinya cerita.
7. Gaya Bahasa
Bahasa merupakan media yang digunakan pengarang untuk mengekspresikan pengalaman batin dan memproyeksikan kepribadiannya, sehingga karya sastra memiliki ciri-ciri yang personal.

Unsur ekstrinsik :
1. Permasalahan kehidupan
Hal-hal yang biasanya terjadi dalam hidup dapat diangkat menjadi sebuah karya sastra.
2. Falsafah
Pandangan hidup dapat menjadi dasar dalam membut prosa.
3. Cita-cita
Cita-cita pengarang yang tinggi itu dapat saja ia wujudkan dalam sebuah karya sastra.
4. Latar budaya yang menumpang kisah cerita.
Adat istiadat tempat pengarang tinggal.
5. Nilai moral
Nilai moral merupakan unsut penting yang wajib dimasukkan pengarang dalam sebuah karyanya karena mengandung pesan penting yang hendak disampaikan kepada pembaca.

Read more »

Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

A.Identitas
Nama Sekolah : SMK...
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas, Semester : X
Standar Kompetensi : Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia setara tingkat Semenjana
Kompetensi Dasar : Menyimak untuk memahami informasi lisan dalam konteks bermasyarakat
Indikator :
1. Sumber informasi sesuai dengan wacana diidentifikasi.
2. Isi pokok informasi dan uraian lisan yang bersifat faktual, spesifik, dan rinci dicatat.
Alokasi Waktu : 2x45 menit (satu kali pertemuan)

B. Tujuan Pembelajaran
a. Siswa dapat memahami sumber informasi sesuai dengan wacana yang teridentifikasi.
b. Siswa dapat mencatat isi pokok informasi dan uraian lisan yang bersifat faktual, spesifik, dan rinci.
C. Materi Pembelajaran
a. Ciri-ciri sumber informasi dan yang bukan.
b. Pemilihan sumber informasi yang didengar.
c. Perbedaan fakta dan bukan fakta, yang umum dan yang spesifik, pemerian dan yang bukan.
d. Pembuatan catatan yang bersifat faktual, spesifik, dan rinci berdasarkan informasi yang didengar.
D. Metode Pembelajaran
a. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran langsung.
b. Metode yang digunakan adalah tanya jawab dan inquiri.

E. Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan Awal (15 menit)
1. Apersepsi: Guru mengingatkan kembali mengenai materi sebelumnya tentang penggunaan bahasa baku dan hubungannya dengan pemahaman terhadap sumber informasi.
2. Motivasi: Guru memaparkan pentingnya untuk memahami dan mencatat isi sumber informasi yang bersifat faktual, spesifik dan rinci karena berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari terutama dari media massa.
3. Introduksi: Guru memperkenalkan secara lebih dalam materi pembelajaran berdasarkan indikator kepada siswa.
b. Kegiatan Inti (65 menit)
1. Kognitif: Guru menjelaskan secara terperinci materi pembelajaran kepada siswa.
2. Afektif: Setelah menjelaskan materi, guru memberikan latihan soal. Diharapkan dengan latihan soal siswa dapat lebih memahami materi pembelajaran yang disampaikan.
3. Psikomotor: Guru memberikan latihan soal kepada siswa sebagai pendalaman terhadap materi.
c. Kegiatan Penutup (10 menit)
1. Guru mengarahkan peserta didik untuk membuat rangkuman/simpulan.
2. Siswa dan guru merefleksikan pelajaran yang baru berlangsung.
3. Guru memberikan evaluasi terhadap proses pembelajaran.

F. Sumber Belajar
Irman, Mokhamad dkk. 2008. Bahasa Indonesia 1: Untuk SMK/MK semua program keahlian. Jakarta: DPN.
Modul Bahasa Indonesia Tingkat Semenjana.

G. Penilaian
a. Penilaian Awal
Tes Lisan
b. Penilaian Akhir
Tes Tulis
c. Instrumen Penilaian
d. Pedoman Penskoran
Rubrik penilaian :-
Nama kelompok :-
Kelas : X B

Soal
1. Sebutkan jenis-jenis sumber informasi!
2. Sebutkan contoh bentuk informasi yang tergolong media cetak, sebanyak 5 buah!
3. Buatlah contoh uraian berisi fakta khusus!
4. Buatlah contoh uraian berisi opini atau konsep!
5. Buatlah contoh uraian yang bersifat pemerian berupa satuan kalimat atau bagian!

Kunci Jawaban

1. Informasi bersifat faktual, informasi bersifat opini atau konsep, dan informasi bersifat pemerian/perincian.
2. Informasi yang tergolong media catak:
- kamus
- buku ilmu pengetahuan
- buku pelajaran
- ensiklopedia
- teks atau naskah

3. FR, mahasiswa yang namanya pernah melambung karena kakinya ditembak polisi saat berdemonstrasi memperingati satu tahun kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono pada 20 Oktober lalu, kini kembali berurusan dengan polisi.
4. Penemuan ini, menurut Michael J Ryan, mengisi kekosongan 20 juta tahun antara temuan fosil di Asia dan kemunculan pertama di Amerika Utara.
5. Untuk keperluan menulis, Anton harus menyeddiakan, pulpen, buku, dan alat tulis lainnya.

Nilai siswa diperoleh dgn rumus sbb:

Nilai = Skor perolehan x 100
Skor maksimal


Mengetahui Mahasiswa PPL

(GURU PAMONG)

Read more »